Thursday, 13 October 2011

macam-macam hukum dalam syariah islam


Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan berbagai nikmat yang tidak kita dapatkan selain dari sisi-Nya. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada Nabi Muhammad saw dan kepada seluruh Nabi Allah serta para Rasul-Nya.
Syari’at Islam mempunyai 2 sumber hukum dalam menetapkan undang-undangnya, yaitu: Al-Qur’an dan Hadits, walaupun sebagain ‘ulama’ memasukkan ijma’ dan qiyas sebagai sumber hukum syari’at Islam. Segala ketetapan di dalam agama Islam yang bersifat perintah, anjuran, larangan, pemberian pilihan atau yang sejenisnya dinamakan sebagai hukum-hukum syara’ atau hukum-hukum syari’at atau hukum-hukum agama.
Hukum syara’ adalah seruan Syari’ (pembuat hukum) yang berkaitan dengan aktivitas hamba (manusia) berupa tuntutan, penetapan dan pemberian pilihan. Dikatakan Syari’ tanpa menyebutkan Allah swt sebagai pembuat hukum karena agar sunnah Nabi Muhammad saw termasuk didalamnya. Dikatakan pula “aktivitas hamba”, tidak menggunakan mukallaf (orang yang dibebani hukum), agar hukum itu mencakup anak kecil dan orang gila.
Secara garis besar ada 5 macam hukum syara’ yang mesti diketahui oleh kita:
1. Wajib
2. Sunnah
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah
1. Wajib: para ‘ulama’ memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain:
Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu ketentuan jika ditinggalkan mendapat adzab
Contoh: makan atau minum dengan menggunakan tangan kanan adalah wajib hukumnya, jika seorang Muslim memakai tangan kiri untuk makan atau minum, maka berdosalah dia.
Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.
Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar firman Allah swt:
(فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (النور:63
“….Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 63)
Dari ayat diatas telah jelas bahwa setiap orang yang melanggar perintah agama maka akan ditimpa musibah atau adzab, dan orang yang ditimpa adzab itu tidak lain melainkan mereka yang menyalahi aturan yang telah ditetapkan.
2. Sunnah:
Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi tidak wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa
Contoh: Nabi saw bersabda:
-صُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا. -رواه البخاري و مسلم
Artinya: “Shaumlah sehari dan berbukalah sehari“. Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Dalam hadits ini ada perintah -صُمْ- “shaumlah”, jika perintah ini dianggap wajib, maka menyalahi sabda Nabi saw yang berkenaan dengan orang Arab gunung, bahwa kewajiban shaum itu hanya ada di bulan Ramadhan.
..مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ؟ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا….
“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum) bulan ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang sunnah)….” Hadits riwayat Imam Bukhari.
Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan ramadhan sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang pertama “shaumlah” itu bukan wajib, maka ada 2 kemungkian hukum yang bisa diambil:
1. Sunnah
2. Mubah
Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada perintah yang berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan mendapat pahala jika meninggalkannya tidak berdosa.
Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman Allah swt:
-لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ. -يونس: 26
Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan (akan mendapat) kebaikan dan (disediakan) tambahan (atas kebaikan yang telah diperbuatnya)” –S.Yunus: 26-
Allah swt memberi kabar, bahwasanya siapa saja yang berbuat baik di dunia dengan keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya, sebagai mana firman Allah:
-هَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ إِلاّ الإِحْسَانُ. –الرحمن:60
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” S. Ar-Rahman: 60.
Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain mendapatkan balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula tambahan yang disediakan, dan tambahan ini bisa kita sebut sebagai “ganjaran”.
3. Haram:
Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang melanggarnya, berdosalah orang itu“.
Contoh: Nabi saw bersabda:
-لاَتَاْتُوا الكُهَّانَ. –رواه الطبراني
Janganlah kamu datangi tukang-tukang ramal/dukun“. Hadits riwayat Imam Thabrani.
Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.
Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian wajib, yaitu Al-Qur’an S.An-Nur: 63.
4. Makruh:
Arti makruh secara bahasa adalah dibenci.
Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan“. Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“.
Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan kita memberi hukum (tentang makan binatang buas) itu makruh.
Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat Al-Qur’an Al-Baqarah: 173 yang berbunyi:
-إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ… –البقرة: 173
“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah….”
Kata إِنَّمَا dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan. Salah satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf “innama” ini adalah:
إِنَّمَا أُمِرْتُ بِالْوُضُوْءِ إِذَا قُمْتُ إِلَى الصَّلاَةِ
Tidak lain melainkan aku diperintah berwudhu’ apabila aku akan mengerjakan shalat“. Hadits riwayat Imam Tirmidzi.
Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan shalat. Lafazh إِنَّمَا pada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang diharamkan itu hanya empat yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka kalau larangan makan binatang buas itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang melarang makan binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang buas itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2 kemungkinan yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak tepat, karena Nabi saw melarang bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi itu kita ringankan dan larangan yang ringan itu tidak lain melainkan makruh. Maka kesimpulannya: binatang buas itu makruh.
5. Mubah:
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang mengerjakannya atau tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan oleh Allah untuk mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa dikenakan siksa bagi pelakunya
Contoh: dalam Al-Qur’an ada perintah makan, yaitu:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” Al-A’raf: 31
Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah bersifat keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika suatu amal yang tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah.
WaLLAHU a’lam bis shawaab
Bahan bacaan:
• Tafsir Ibnu Kastir
• Seri Tafsir Ayat-ayat Hukum buku2, luthfie abdullah Ismail
• Mudzakkirah ushulil fiqh, Imam Ibnu Qudamah Al-Hambali
• Ushul Fiqh, Dr. Husain Hamid
• Taisir Al-Wusul ilal Ushul, ‘Atha bin Khalil diterjemkan oleh Yasin As-Siba’i
• Soal-Jawab, A. Hassan

Memperkuat Tali Silaturahmi


Allah menciptakan manusia dari berbagai suku serta bangsa, agar mereka bisa saling mengenal.
Karena pada dasarnya manusia bukanlah makhluk individu, tetapi saling membutuhkan antara satu dg yg lain.

Islam tidak hanya mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga hubungan kepada Allah, tetapi juga menjaga hubungan terhadap sesama.
Sebagaimana firman-Nya dlm Q.S An-Nisa :1 :
"Dan bertaqwalah, yang dengan (mempergunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu"

Menyambung tali silaturahmi itu hukumnya wajib, terutama bagi sesama muslim & diharamkan untuk memutuskannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah :
"Tidak ada satu kebaikanpun yg pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak ada satu dosapun yg adzabnya lebih cepat diperoleh, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi"
"Rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum, jika didalamnya ada orang yg memutuskan silaturahmi" 


Bahkan menurut Rasulullah, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yg suka menyambung tali silaturahmi, Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya. (Mutafaq 'alaih) dari Anas r.a

dalam riwayat lain Rasulullah s.a.w bersabda :
" Barangsiapa mengambil tanggungjawab atas suatu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturahmi, umurnya akan dipanjangkan, kawan-kawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dilapangkan, dan ia aman masuk kedalam surga" (Kanzul 'Ummal) dari Ali r.a

Menyambung silaturahmi dpt diwujudkan dg berbagai cara, saling mengucap salam, memberi pertolongan, bersikap ramah dan berbuat baik kpd sesama. ini merupakan contoh sederhana, dan alangkah lebih baiknya kita mau berkunjung ketempat tinggalnya.

Kenapa kita diharamkan untuk memutus tali silaturahmi, selain berdasar sabda Rasulullah diatas, Pernah diriwayatkan bahwa Sahabat Rasul (Baqir r.a) mendapat wasiat dari ayahnya (Imam Zainudin r.a)
"Janganlah duduk bersama lima jenis manusia, jangan berbicara kepada mereka, bahkan jangan berjalan bersamanya":
1. orang Fasik, karena ia akan menjualmu hanya untuk sesuap makanan.
2. Orang Bakhil, karena ia akan memutuskan hubungan disaat kita memerlukan.
3. Pembohong, karena ia akan senantiasa menipumu.
4. Orang Bodoh, karena keinginannya utk memberi manfaat bagimu, namun karena kebodohannya, ia justru merugikanmu.
5. Orang yg memutuskan tali silaturahmi, karenanya jangan berdekatan dengannya.

Friday, 7 October 2011

Syirik, dosa yang tidak diampuni



فإذا عرفت أن الشرك إذا خالط العبادة أفسدها , وأحبط العمل , وصار صاحبه من الخالدين في النار , عرفت أن أهم ما عليك معرفة ذلك , لعل الله أن يخلصك من هذه الشبكة , وهى الشرك بالله الذي قال الله تعالى فيه  إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ .

وذلك بمعرفة أربع قواعد , ذكرها الله تعالى في كتابه

Jika Anda telah mengetahui bahwa kesyirikan apabila mencampuri peribadatan, maka akan merusak peribadatan tersebut dan akan menghapuskan amalan serta menjadikan pelakunya kekal di neraka, maka Anda akan mengetahui bahwasanya perkara yang paling penting atas kalian adalah mengetahui perkara kesyirikan tersebut, semoga Allah ta'ala menyelamatkan Anda dari perangkap ini, perkara ini adalah syirik kepada Allah, dimana Allah berfirman

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selainnya" (An-Nisaa:116)

Yang demikian dengan cara mengetahui 4 kaidah yang telah Allah sebutkan dalam Kitab-Nya.

PENGERTIAN ISLAM MENURUT BAHASA & MUHAMMADIYAH



PENGERTIAN ISLAM
Islam secara bahasa berasal dari kata salam, aslama, silmun, sulamun yang mempunyai bermacam-macam arti. Diantaranya adalah sebagai berikut;
1) Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk, patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-qur’an surat al-baqarah: 112, surat Ali Imron: 20 dan 83, surat an-Nisa’: 125 dan surat al-An’am: 14.
2) Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian. Dengan makna tersebut berarti Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai, tentram, dan selamat. Kata silmun terdapat dalam al-qur’an surat al-baqarah; 208 dan surat Muhammad: 35.
3) Sulamun yang artinya tangga, sendi dan kendaraan. Dengan arti tersebut, islam berarti agama yang memuat peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.
4) salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan sejahtera. Dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Qur’an Surat al-An’am :45, Surat al-A’raf: 46 dan Surat an-Naml: 32.
Dengan demikian secara bahasa, makna Islam dapat dirangkum sebagai berserah diri kepada Allah SWT untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya (aslama) sehingga dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam masyarakat (silmun) dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan kemuliaan (sulamun) yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat (salamun).


PENGERTIAN ISLAM MENURUT MUHAMMADIYAH
Majelis Tarjih Muhammadiyah mendifinisikan Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni yang diturunkan Allah di dalam al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah sahihah, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Monday, 3 October 2011

Shalat sebagai Sarana Memerangi Syetan


Shalat adalah sebuah amal saleh, dengan mengamalkannya manusia menjadi jauh dari kelemahan syaitani. Dan karena itulah ia diberi nama doa. Syaitan menghendaki agar manusia lemah atau malas dalam menunaikan shalat. Karena syaitan tahu bahwa melalui ibadah shalat inilah manusia akan banyak memperoleh kemajuan. Dan melalui ibadah shalat inilah merupakan syarat bagi manusia untuk menjadi suci bersih. Selama manusia masih bergelimang dengan benda-benda kotor didalam dirinya selama itu pulalah syaitan akan terus mencintainya.
Teruslah secara berkesinambungan dalam usaha untuk menanamkan kecintaan terhadap Tuhan didalam hati sanubari. Dan untuk itu tidak ada amalan lain yang lebih baik dari pada ibadah shalat. Sebab ibadah puasa dilakukan setahun sekali dan zakat hanya orang yang memenuhi syarat nisab yang boleh membayarnya. Sedangkan ibadah shalat setiap tingkatan manusia diharuskan menunaikannya lima kali sehari semalam. Oleh sebab itu janganlah sekali-kali mensia-siakan ibadah shalat itu. Tunaikanlah berulang kali dengan pemahaman bahwa aku sedang berdiri dihadapan Zat Yang Maha Gagah Perkasa, jika Dia menghendaki maka sekarang juga Dia akan mengabulkan permohonan do’a kita pada sa’at ini juga. Tuhan tidak seperti hakim duniawi yang memerlukan sebuah khazanah atau harta banyak dalam menjalankan tugasnya. Kadanga-kadang ia takut kalau-kalau khazanah menjadi kosong habis isinya. Dan ia takut dari kemiskinan. Sedangkan khazanah Allah swt selalunya tetap penuh isinya setiap waktu.
Apabila seorang mukmin berdiri dihadapan Tuhan, ia hanya memerlukan keyakinan yang kuat untuk memenuhi hajatnya bahwa ia yakin dengan sesungguhnya bahwa dia sedang berdiri dihadapan Tuhan Yang Sami’, Alim dan Khabiir serta Qadir, jika Dia menghendaki tentu Dia akan memberi segala sesuatu yang dia mohon dari pada-Nya pada waktu itu juga. Hendaknya ia berdo’a sambil merendahkan diri, jangan merasa putus asa dan jangan punya prasangka buruk bahwa Dia tidak akan mengabulkan do’anya. Jika ia tidak berlaku demikian dan merasa yakin kepada pertolongan-Nya maka ia akan segera menyaksikan keadaan yang menyenangkan dan karunia-Nya juga akan turun kepadanya. Dan dengan sendirinya ia akan mendapatkan Allah swt juga.
Itulah cara-cara yang harus dilakukan. Akan tetapi do’a orang-orang zalim dan fasiq tidak akan pernah dikabulkan, sebab mereka itu sentiasa mengabaikan hukum-hukum Allah swt. Dan Allah swt juga mengabaikan mereka. Jika seorang anak tidak menghiraukan orang-tuanya sendiri dan tidak takut kepada mereka tentu orang-tua juga tidak akan sungguh-sungguh menghiraukan-nya. Jika demikian maka mengapa Tuhan harus menghiraukan-nya?
Jadi senjata yang diperlukan untuk memerangi syaitan adalah shalat. Dan syaitan selalu siap untuk merampas pikiran orang mukmin supaya jangan melaksanakan shalat itu. Maka seperti halnya seorang tentera yang baik tidak pernah membiarkan apa yang terkandung didalam pikirannya akan terlintas didalam pikiran musuh. Seorang mukmin sejati juga tidak akan lengah dari macam pikiran seperti itu. Sudah menjadi fitrat insani, bahwa pikiran sering tertuju kearah perkara yang buruk secara berulang-ulang. Oleh sebab itu untuk menjaganya juga memerlukan satu amal atau usaha secara dawam.  Dan cara untuk pengawalannya secara tetap, untuk meneruskan usaha secara berkesinambungan telah diberitahu oleh Allah swt, yaitu jagalah shalat baik-baik. Sebagaimana firman-Nya :
Peliharalah semua shalat dan khususnya shalat tengah-tengah, dan berdirilah dihadapan Allah dengan patuh! (QS.Al- Baqarah : 239).

Menghindarkan diri Dari dosa dan Berbuat Kebaikan



Menghindarkan diri dari dosa adalah langkah pertama, tetapi langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah melakukan kebaikan dan mengerjakan ibadah serta taat kepada Allah taala. Apaila manusia selamat dari dosa-dosa dan beribadah kepada Allah, maka hatinya akan dipenuhi oleh berkah-berkah. dan itulah tujuan kehidupan manusia.

Lihat jika sehelai kain terkena kotoran, maka sekedar membasuhnya saja bukanlah suatu hal yang berarti. Hendaknya kain itu pertama-tama dibasuh dengna sabun’ kotorannya dikeluarkan lalu dibersihkan. Dan kemudian di beri pengharum supaya siapa saja yang melhatnya akan menjadi senang. seperti itu jugalah keadaan qalbu manusia. Akibat kotoran-kotoran dosa dia menjadi tidak bersih, memuakkan dan berbau bussuk.
Jadi pertama-tama hendaknya kotoran-kotoran dosa itu dibasuh dengan Taubah dan istighfar. Dan mintalah  taufik/karunia dari allah taala supaya dapat  senantiasa menghindarkan diri dari dosa-dosa. Kemudian selain itu, selalulah melakukan zikir Ilahi, dan penuhilah qalbu dengan hal itu. dengan cara itu proses mencapai Allah (suluk) pun akan menjadi sempurna. Dan tanpa itu adalah seperti tamsil tadi, yakini sekedar membasuh kotoran saja. Akan tetapi selama kondisinya belum demikian - yakni qalbu dibersihkan dari segala macam akhlak buruk dan hina lalu qalbu itu disiram dengn wangi-wangian zikir Ilahi dan aroma wangi muncul dari dalam - maka selama itu pula hendaknya jangan berprasangka buruk terhadap Allah taala. Namun apabila kondisi kita telah menjadi demkian, maka sama sekali tidak akan timbul lagi prasangka buruk serta keraguan.

25 Hal Tentang Islam Yang Selalu Ditanyakan Oleh Rakyat Amerika



Masyarakat Amerika yang pluralistik tampaknya sedang berubah dari yang "bergerombol" menjadi lebih spesifik lagi, terutama terhadap ajaran ideologi. Namun, walaupun Islam adalah agama besar dengan lebih dari 1 milyar pengikut di seluruh dunia dan lebih dari 6 juta di Amerika Serikat, sebagian orang Amerika masih berpikir bahwa Islam adalah kultus.ebagian meyakini bahwa semua muslim adalah teroris atau memiliki 4 orang istri. Para aktivis Islam di negeri itu pun sepakat, bahwa hal ini terjadi karena kesalahpahaman orang Amerika tentang Islam, dan itu dipicu karena kurangnya informasi yang benar tentang ajaran Islam.
Inilah daftar pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh orang Amerika selama ini:
  1. Apa itu Islam?
  2. Siapakah Allah?
  3. Siapakah Muslim itu?
  4. Siapa Muhammad?
  5. Apakah Muslim menyembah Muhammad?
  6. Apa Muslim berpikir tentang Yesus?
  7. Apakah umat Islam memiliki banyak sekte?
  8. Rukun-rukun Islam?
  9. Apa tujuan ibadah dalam Islam?
  10. Apakah Muslim percaya pada akhirat?
  11. Apakah tindakan baik non-Muslim akan sia-sia?
  12. Apa batasan pakaian bagi umat Islam?
  13. Makanan apa saja yang dilarang dalam Islam?
  14. Apa itu Jihad?
  15. Apa tahun Islam itu?
  16. Apa saja festival besar Islam?
  17. Apa itu Syariah?
  18. Apakah Islam disebarkan oleh pedang (melalui perang)?
  19. Apakah Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme?
  20. Apa itu Fundamentalisme Islam?
  21. Apakah Islam mempromosikan poligami?
  22. Apakah Islam menindas perempuan?
  23. Apakah Islam toleran terhadap agama minoritas lainnya?
  24. Apa pandangan Islam tentang: kencan seks pranikah dan aborsi; homoseksualitas dan AIDS; eutanasia dan bunuh diri; transplantasi organ?
  25. Bagaimana seharusnya Muslim memperlakukan Yahudi dan Kristen?
Mungkin inilah peran besar kita semua untuk memberikan gambaran yang benar tentang Islam. Begitu banyak media Barat yang telah melakukan pemberitaan tentang Islam yang jauh dari kenyataan sebenarnya, sehingga orang-orang non-Islam menganggap Islam sesuatu yang harus dicurigai. (sa/ujm)